Jumat, 07 November 2008

THAMREN ANANDA


Politisi muda yang satu ini lahir 31 Juli 1978 di desa Kayee Raya Kabupaten Pidie Jaya Aceh. Dilahirkan dalam keluarga muslim yang taat dari pasangan Marzuki Thaher dan Nurhayati. Anak ketiga dari lima bersaudara ini di beri nama Thamren. Masa kecilnya dihabiskan di desa kayee Raya, Kec. Bandar Baru, Kab. Pidie Jaya. Sejak kecil Thamren telah menunjukan bakannya sebagai pemimpin. Di SD Negeri Teupin Jangat, Sejas kelas satu sampai kelas enam Thamren telah menjadi ketua kelas, dan berprestasi. Rangking satu dikelas telah menjadi langganan Sejak kelas satu SD sampai kelas enam.


Tidak hanya di tingkat SD, memasuki SMP Negeri 1 Lueng Putu pun Thamren terpilih menjadi ketua kelas dari kelas satu sampai kelas tiga SMP, bahkan di SMP Thamren sempat menjadi pengurus OSIS. Semasa di SMP kondisi Aceh pada saat itu adalah dalam kondisi konflik dan Aceh dalam status Daerah Operasi Militer (DOM). Mengingat kondisi tersebut maka pada tahun 1994, ketika Thamren menamatkan SMP, orang tuanya tidak menginginkan anaknya terlibat dalam konflik dan terpengaruh secara phisikologis terhadap kondisi yang ada, maka orang tua Thamren memasukkan Thamren ke SMU N 3 Banda Aceh.


Semenjak berada di Banda Aceh dengan suasana baru bagi Thamren, karena pindah dari desa terpencil ke kota yang penuh dengan hingar-bingar, apalagi di usia yang mulai menanjak remaja, telah membuat Thamren harus hidup mandiri jauh dari keluarga. Kebiasaan ini telah menempa dirinya untuk menikmati hidup dan membuang semua bentuk yang menyusahkan diri.


Semenjak di SMU inilah Thamren mulai bergelut dengan dunia politik. Waktu itu, majalah Tempo merupakan bacaan favoritnya baginya. Hal ini disebabkan dengan banyaknya berita-berita politik dimajalah tersebut, apalagi ditengah pembungkaman pers.


Di SMU Thamren mulai berkenalan dengan mahasiswa yang kebetulan satu kost dengannya, atau dengan mahasiswa yang lainnya. Sebuah interaksi yang biasa bagi anak kost ketika bergaul dengan anak-anak mahasiswa. Pergaulan ini pula yang telah mematangkan sikap politiknya pada saat itu. Tahun 1997 merupakan tahun terakhir atau tahun kelulusan bagi Thamren di SMUN 3 Banda Aceh. Dan pada tahun itu pula Thamren mulai terlibat dengan demonstrasi jalanan. Akibatnya pada tahun tersebut Thamren tidak lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Dan dari pilihan fakultas saja telah menunjukkan Bakat dan keinginannya. Pada tahun 1997 tersebut Thamren memilih Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama tepatnya fakultas hubungan International dan Unversitas Syiah Kuala merupakan pilihan kedua tepatnya fakultas teknik sipil. Karena pada tahun 1997 tersebut tidak lulus UMPTN maka Thamren untuk bisa menjadi mahasiswa dengan tujuan bisa menjadi aktivis seperti mahasiswa yang lainnya, maka memilih untuk kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Abulyatama Aceh Besar.


Walaupun kuliah di Abulyatama Aceh Besar, Namur pada tahun 1997 Thamren telah mulai membangun interaksi dengan mahasiswa lain khususnya mahasiswa Unsiyah dan IAIN-Ar Raniry Banda Aceh, yang merupakan motor gerakan mahasiswa pada waktu itu. Aksi-aksi reformasi yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia dengan fokus isue reformasi dan turunkan Suharto merukan awal dari keterlibatan langsung dalam kancah politik bagi Thamren. Keterlibatan tersebut terus berjalan, dan tahun 1998 Thamren lulus UMPTN di Fakultas Teknik Sipil Unsiyah Banda Aceh. setelah itu Thamren langsung Aktif di organisasi mahasiswa yaitu Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat (SMUR).


SMUR merupakan organisasi mahasiswa yang paling vokal, radikal dan militan di Aceh, SMUR pula yang telah menempa Thamren menjadisi sosok politisi yang tangguh dan Militan. SMUR juga yang telah menempa teori-teori politik baginya, karena di Aceh tidak ada Fakultas Politik dan buku-buku politik Sangat terbatas. Melalui SMUR Thamren terus berkiprah dan SMUR benar-benar telah menjadi kayu bakar dan dapur untuk mencetak politisi tangguh di Aceh. Di SMUR Thamren menjadi ketua Komite Dewan Kampus Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat (KDK-SMUR) Unsiyah.


Bersama kawan-kawanya di SMUR Thamren mendirikan organisasi yang lingkupnya lebih luas yaitu Front Perlawanan Demokratik Rakyat Aceh (FPDRA), Thamren menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral Organisasi, pada tahun 2001. Jabatan Sekejend hanya di Jabat selama dua tahun, karena pada tahun 2003 awal dalam kongres luar biasa Thamren terpilih sebagai Ketua FPDRA.


Pada tahun yang sama yaitu tahun 2003 Aceh diterapkan Darurat Militer (DM). Dan FPDRA merupakan salah satu organisasi yang dijadikan target operasi militer pada saat itu diantara sekian banyak target operasi militer selain GAM.


Kondisi ini jelas tidak menguntungkan, dan aktivis di Aceh jelas tidak bisa berbuat banyak karena ruang demokrasi telah tertutup rapat. Maka banyak aktivis Aceh yang melakukan eksodus ke Jakarta dan luar negeri. Thamren merupakan salah satu yang melakukan eksodus tersebut. Jakarta menjadi tujuan eksodus bagi kebanyakan aktivis Aceh termasuk Thamren. Sesampai di Jakarta Thamren tidak manjadi aktivis yang bersembunyi untuk menyelamatkan diri, seperti kebanyakan aktivis Aceh lainnya. Para aktivis ini rata-rata bekerja di NGO-NGO yang ada di Jakarta. Namun Thamren tetap dengan aktivitas politiknya, bahkan dia bersama kawan-kawan aktivis Aceh lainnya dan aktivis Papua membuat satu aliansi strategis, yang diberi nama Solidaritas Aceh Papua (SAP) dan Thamren sebagai ketua presidium. Gerakan demi gerakan terus dilakukan untuk menuntut di cabutnya Darurat militer di Aceh.


Tahun 2005 setelah perdamaian dan bencana Tsunami di Aceh, Thamren dan kawan-kawan telah kembali ke Aceh, dan pada awalnya ada satu kesepakatan untuk melakukan konsolidasi sesama aktivis Aceh untuk bersatu. Namun gagasan tersebut tidak berjalan, karena berbagai hal. Bersama FPDRA dan mantan aktivis SMUR yang sudah bertebaran di berbagai kabupaten di Aceh menggagas lahirnya ide partai politik lokal. Thamren dan kawan-kawanya melakukan satu konsolidasi di Saree Aceh besar pada tanggal 27 Februari 2006. Konsolidasi tersebut melahirkan satu kesepakatan untuk mendirikan Komite Persiapan Partai Rakyat Aceh (KP-PRA). Kemudian KP-PRA di deklarasi secara terbuka pada tanggal 16 Maret 2006 di Restoran lamnyong Banda Aceh, bersama Maarif, Mulyadi, Malahayati dan Taqwin.


Satu tahun setelah deklarasi KP-PRA tersebut baru diadakan kongres pertama PRA di Banda Aceh yang dihadiri oleh 450 orang peserta dari 15 kabupaten kota yang ada di Aceh. Kongres yang diwarnai dengan insiden keracunan makanan bagi peserta kongres tersebut, melahirkan berbagai keputusan penting terhadap kelangsungan PRA kedepan. Diantaranya dokumen situasi Internasional, Nasional dan Daerah Aceh, kemudian program dan strategi taktik partai serta pengurus partai di tingkat pusat. Dan Thamren terpilih sebagai sekjend DPP-PRA mendampingi Aguswandi sebagai ketua umum terpilih pada saat itu.


Politisi muda ini selain memimpin partai juga sering menulis di berbagai media baik lokal maupun nasional. Selain itu juga kerap mengisi berbagai diskusi dan seminar di berbagai daerah dan nasional, bahkan internacional.


Saat ini Thamren telah dikaruniai seorang putri dari hasil pernikahannya dengan Nova Rahayu Yusuf, pada tanggal 21 Agustus 2006 di Pidie Aceh. putri tercinta tersebut lahir di Sigli pada tanggal 10 Februari 2008, yang di beri nama Sisilla Thanov.


Nama : Thamren Ananda
Tempat/Tanggal Lahir : Sigli 31 Juli 1978
Alamat : Jl. T Iskandar No 174 D Ulee Kareeng Banda Aceh
Telp : 0651-7559038
Hp: +628116800754
E-mail:sekjend@thamren.net
Website: www.partairakyataceh.org
Website: www.thamren.net

1 komentar:

  1. bilah suatu bangsa itu merasa tertekan maka solusinya mati atau merdeka, dan disini kami dari mahasiswa papua tetap akan mendukung ache untuk memenuhi suatu amanat tuhan untuk merdeka penuh! dan hidup........ saudara kami ache merdekalah itu adalah hak segalah bangsa termasuk papua

    BalasHapus